5.24.2012

KENANGAN



Aku memungut selembar amplop coklat tanggung di dekat kakiku. Amplop itu baru saja terjatuh dari sela tumpukan buku-buku tua di lemari ibuku, ketika aku sedang membereskan semua benda milik beliau. Buku-buku catatan pemasukan dan pengeluaran sehari-hari keluarga kami. Catatan dari ketika aku masih belum lahir sampai terakhir sekitar setahun yang lalu, ketika aku sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Ya, ibuku memang rajin mencatat semua pengeluarannya dengan rapi, tidak seperti aku. Entahlah, bagaimana ibuku bisa begitu telaten membuat pembukuan seperti itu. Dulu, ketika aku pertama kali indekos, ibu sering mengajariku membuat catatan pengeluaran seperti itu. Awalnya aku rajin sekali mencatat pengeluaran-pengeluaranku. Tetapi lama kelamaan aku menjadi malas, karena menurutku terlalu ribet, dan akhirnya buku catatan itu hanya mangkrak di rak buku diselimuti debu.
Segera saja kukeluarkan seluruh isi amplop itu. Beberapa lembar foto hitam putih, tampak masih awet gambarnya. Masih cemerlang. Hanya di bagian warna putihnya tampak agak menguning dimakan usia. Aku meneliti satu per satu wajah-wajah yang ada dalam foto tersebut. Hampir aku tidak mengenalinya, tetapi lamat-lamat tampaknya aku mulai mengingatnya. Ada fotoku sendiri ketika masih kecil, mungkin waktu aku masih sekitaran kelas 3 atau 4 SD, aku tidak ingat persis.

5.18.2012

Cerpen PLAGIATOR



Cerpen Plagiator, karya putriku Thifal, bercerita tentang ulah Kiran yang menjiplak karya tulis milik Ayu, teman sekolahnya. Meskipun pada akhirnya Kiran menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Ayu.

Ide ceritanya terinspirasi dari sebuah kejadian yang dialami sendiri oleh putriku, di mana pada suatu saat dia kehilangan sebuah flahdisk miliknya.  Tetapi konfliknya semata-mata hanyalah pengembangan dari ide itu sendiri, meskipun dia juga memasukkan potongan-potongan pengalamannya dalam cerita itu.  

Saya lupa berapa lama Thifal menyelesaikan cerpennya ini. Mungkin sekitar semingguan, karena ia hanya bisa menulis pada malam hari, seusai belajar. Itu pun kalau tidak keburu ngantuk. Pagi sampai sore ia sekolah. Jum’at libur, tetapi biasanya ia lebih suka main ke rumah temannya sampai sore, atau kadang-kadang teman-temannya yang datang ke rumah. Minggu pun ia harus masuk sekolah, karena ada tambahan pelajaran menjelang Ujian Nasional. Ia sudah kelas enam, dan harus mempersiapkan diri untuk UN.

Kami tidak menyangka ternyata cerpen ini berhasil menjadi Juara Ketiga dalam Lomba Cerpen Nasional Tingkat Sekolah Dasar Tahun 2011. Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan, Allah SWT, atas prestasi yang telah diraih putri kami. Harapan kami, dia akan semakin termotivasi untuk berkarya dengan lebih baik, dan tetap rendah hati.

Cerpen Plagiator ini ada dalam buku KKPK ‘Hidung Pinokio Niko’ yang diterbitkan oleh Penerbit DAR! Mizan. Semua cerita dalam buku ini adalah karya-karya terpilih Lomba Menulis Cerpen Tingkat SD yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Penerbit DAR! Mizan, tahun 2011.

5.11.2012

Kejahatan Ada di Mana-Mana!


Waktu ikut membesuk teman yang baru selesai operasi kemarin, banyak mendapat cerita seputar pengalaman keluarga pasien yang menunggu di Rumah Sakit. Karena baru saja dioperasi, teman saya masih ditempatkan di ICU. Di ruang ICU ada sebuah ruangan panjang dengan tempat duduk panjang dari semen yang dipasangi keramik, untuk duduk para keluarga pasien. Tempat duduk itu mengingatkan saya pada meja dapur yang ada di rumah. Hanya yang ini jauh lebih panjang. Semua barang bawaan pun hanya ditaruh begitu saja di situ, atau di bagian kolongnya. Malamnya mereka pun terpaksa harus beramai-ramai tidur di ruangan itu dengan alas tikar atau koran.

Dini hari, ketika istri dari teman saya yang sakit terbangun, dia mencari-cari handphonenya. Tiba-tiba seorang laki-laki yang berada tidak jauh darinya bertanya, “Mbak, cari hapenya, ya? Nih, saya amankan di bawah bantal, takut diambil orang. Hape saya saja yang harganya cuman delapan puluh ribu diambil juga.” Setelah berkata seperti itu laki-laki itu pergi begitu saja.
Istri teman saya mengira kalau laki-laki itu adalah saudara dari keluarga pasien yang lain. Ternyata semua keluarga pasien yang ada di situ tidak ada yang mengenalnya. Beberapa saat setelah kejadian itu ada seorang keluarga pasien yang tersadar kalau hape miliknya telah raib, kemudian disusul oleh beberapa orang yang lain.
Belum lagi cerita tentang hilangnya jemuran pakaian istri teman saya itu. Walaupun sebenarnya sudah diperingatkan petugas, supaya jemuran pakaian diawasi, mengingat banyak kejadian pencurian jemuran juga.Tetapi mana mungkin mengawasi jemuran sampai kering? Bisa-bisa ikut garing juga, tuh ... hehehe.
Duh, ternyata benar, kejahatan ada di mana-mana. Tak peduli di mana tempatnya, di rumah sakit, yang nota bene tempat orang-orang yang lagi kesusahan pun, menjadi sasaran kejahatan juga. Rasa-rasanya seperti sudah tidak ada sedikitpun tempat aman lagi di muka bumi ini. Jadi ... waspadalah! Waspadalah! Hihihi ... kayak Bang Napi aja.