6.29.2012

Liburan, Nonton BRAVE


Libur telah tiba --- libur telah tiba ... hore hore horeee!!!
Itu penggalan lagunya Tasya, yang masih sering dinyanyikan kalau liburan tiba.

Liburan sekolah kali ini, anak-anak saya sering protes karena tidak bisa liburan ke mana-mana. Maklum, ortunya belum bisa ambil cuti karena tanggung jawab pekerjaan (halah lebay ...).

Sebenarnya kasihan juga, sih, melihat mereka hanya di rumah dan kadang-kadang main ke rumah teman-temannya. Kegiatan mereka hanya nonton TV, ngegame di kompi, inetan, baca buku, dan ... yang jelas seperti mereka bilang ‘membosankan’!

Nah, kemarin sore, sepulang dari rumah temannya, Hasna minta ijin mau nonton film di XXI bareng sama kakaknya dan teman-temannya. Dia tanya film apa saja yang lagi main di XXI? Bersama Thifal, kakaknya, saya bantu cari info di google. Dan akhirnya, diputuskan mereka akan nonton BRAVE.

Brave adalah film animasi yang bercerita tentang seorang putri pemberani bernama Merida. Putri dari pasangan Raja Fergus dan Ratu Elinor ini berbeda dari putri-putri lainnya. Kalau biasanya seorang putri kerajaan itu anggun, berperilaku manis dan hanya diam di istana, Merida ini tomboy sekali! Ia ingin menjadi putri yang tangguh dan pemberani. Hobinya memanah dan berburu. Sayangnya, kedua orang tuanya menentang keinginan itu.

What?! Sang pemberani ditentang? Putri Merida pun berontak! Ia meminta bantuan kepada seorang penyihir yang ditemuinya secara tak sengaja, karena dituntun oleh api roh yang katanya dapat merubah takdir. Bukannya berhasil, ia malah membuat kekacauan di istana yang membahayakan sang putri sendiri. Merida pun harus mempertanggungjawabkan semuanya. Ia harus benar-benar membuktikan keberaniannya untuk mengembalikan keadaan istana yang aman dan damai seperti dulu.

Akankah usaha Putri Merida berhasil? Apakah ia benar-benar seorang putri yang tangguh dan pemberani? Hehehe ... nonton dulu, deh, bareng Hasna, Thifal, dan teman-temannya.

6.11.2012

Dea Dan Kakek Harun

 Nama lengkapnya Dealova, tetapi biasa dipanggil Dea. Ia seorang gadis kecil berusia 9 tahun, dan baru duduk di kelas 4 SD. Dea bukanlah murid yang selalu masuk ranking 10 besar di kelasnya. Tetapi bukan berarti Dea termasuk anak yang bodoh. Ia adalah anak dengan kemampuan sedang-sedang saja. Tetapi hampir semua teman, guru, dan orang-orang di sekitarnya sangat menyukainya, karena Dea adalah anak yang ramah, supel, dan baik hati. Ia sangat perhatian kepada siapa saja. Ia juga tak segan-segan menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Suatu hari, sepulang sekolah, setelah menunaikan sholat Dzuhur, Dea berpamitan pada ibunya untuk membeli es krim di warung Bu Ihsan, yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Ketika Dea keluar dari warung Bu Ihsan, ia melihat Kakek Harun sedang duduk di teras rumahnya sambil melambai-lambaikan koran. Mula-mula Dea tidak mengacuhkannya. Tetapi kakek itu kembali melambai-lambaikan koran yang dipegangnya ke arahnya. Dengan ragu-ragu Dea berjalan menuju rumah Kakek Harun.