4.23.2012

WAZIM


Dulu, ketika kami masih tinggal di Jogja, suami sering pijat ke seorang tukang pijat tuna netra yang berpraktek di sekitaran alun-alun Keraton Yogya. Tukang pijat ini adalah langganan kedua mertua saya. Pada hari-hari yang lain, ketika beliau sedang tidak berpraktek di tempat itu, kami juga bisa datang ke rumahnya. Waktu itu mungkin beliau berusia sekitar lima puluhan sampai enam puluhan tahun (saya tidak tahu persis, karena saya orang yang sangat payah dalam menebak usia seseorang). Kami memanggilnya Pak Wazim, nama yang terdengar cukup unik di telinga saya.

Pak Wazim tinggal di sebuah rumah kecil yang bersih dan rapi, bersama istrinya yang juga seorang tuna netra. Ketiga orang anaknya tinggal di kota yang berbeda, karena pekerjaan mengharuskan mereka tinggal jauh dari kedua orang tua. Anak-anak mereka cukup berhasil dalam hidupnya, mengingat mereka lahir dari keluarga sederhana, dari pasangan tuna netra pula. Saya tidak ingat mereka bekerja sebagai apa, tetapi dari foto-foto yang terpasang di dinding, sepertinya ekonomi mereka cukup bagus. Saya hanya ingat satu dari mereka bekerja di salah satu bank swasta.

4.16.2012

Lomba Menulis Cerpen Kebudayaan Indonesia


Lomba Cerpen Kebudayaan Indonesia: Asyiknya Indonesiaku, yang hadiah utamanya tiket ke UBUD WRITERS & READER Festival di Bali pada Bulan Oktober!
Pada mau ke Bali kan? makanya ayo ikutan Lomba Cerpen Kebudayaan Indonesia: Asyiknya Indonesiaku, dengan syarat sebagai berikut :
Tema: Asyiknya Indonesiaku
Mengangkat Budaya Indonesia yang membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia

Persyaratan lomba:

1.  Naskah bertema tentang nilai positif kebudayaan bangsa Indonesia.
2.  Naskah merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan atau dibantu pihak lain.
3.  Naskah ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baik, font Verdana 12pt, Spasi 1,5pt, 4-6 Halaman dalam bentuk print out ukuran kertas A4
4.  Naskah belum pernah dipublikasikan di media mana pun.
5.  Pengiriman naskah disertai dengan fotokopi identitas diri (kartu pelajar/ dan biodata singkat: nama, umur, sekolah, alamat lengkap, nomor telepon/handphone) alamat e-mail/FB/Twitter.
6.  Peserta adalah warga negara Indonesia berusia di bawah 12 tahun.
7.  Pengiriman naskah dilengkapi dengan potongan Kupon Lomba Cerpen yang terdapat dalam buku terbaru KKPK, yang terbit mulai April 2012.
8.  Naskah dikirim ke alamat Panitia Lomba Cerpen Kebudayaan Indonesia 2012. Penerbit Mizan: Jln. Cinambo No.135 Cisaranten Wetan - Bandung 40294 Telp. 022-7834310 faks. 022-7834311
9.   Naskah harus diterima panitia 13 Juli 2012 (cap pos).

Nah, seperti yang telah disebutkan di atas, Hadiah Lombanya adalah:
1.  Satu Karya Terbaik akan mendapatkan Tiket ke UBUD WRITERS & READERS FESTIVAL di Bali pada Oktober 2012. Satu Pemenang berhak mendapatkan tiket Pesawat PP, Hotel, plus uang saku (berlaku untuk 2 orang).
 2.  20 Naskah terbaik akan diterbitkan KKPK LUKS EDISI KHUSUS Tema Kebudayaan Indonesia.

Satu karya pemenang cerpen terbaik dan 20 cerpen terpilih akan diumumkan pada 1 September 2012. Pengumumannya bisa dilihat di www.mizan.com, www.kecilkecilpunyakarya.com, Facebook dan Twitter KKPK.

Seru kan kejutannya? Jadi tunggu apa lagi? Ayoo persiapkan diri kalian untuk mengikuti Lomba Cerpen Kebudayaan Indonesia 2012 :  Asyiknya Indonesiaku!

SUSAHNYA MENCARI SEKOLAH

Plong sudah. Dua hari yang lalu aku cuti untuk daftar ulang putri pertamaku di sebuah sekolah menengah pertama, sekaligus pertemuan wali calon murid dan komite sekolah. Berarti putriku sudah mendapatkan sekolah, seperti yang diinginkannya.

Beberapa saat yang lalu, kami sempat bingung dan agak tegang memikirkan masalah sekolah ini. Ada 3 alternatif sekolah yang menjadi pilihan kami. Awalnya putriku sudah mantap dengan pilihannya, yaitu di sekolah B. Tetapi ayahnya menginginkan dia bersekolah di sekolah A, dengan banyak pertimbangan ini dan itu. Kebetulan sekolah A ini test masuknya lebih awal. Oleh ayahnya, putriku pun didaftarkan di sekolah A. Begitu tiba hari test, putriku tidak mau berangkat. Ketika dipaksa malah menangis. Duuuh ... gimana, nih? Singkat cerita, akhirnya dia mau berangkat juga, setelah dibujuk-bujuk begitu lama, dengan menahan-nahan perasaan yang siap meledak pula!

Begitu dinyatakan diterima di sekolah A, putriku malah jadi bingung dan bimbang. Di satu sisi dia ingin dengan pilihan awalnya, di sisi yang lain dia mulai jatuh hati pula dengan sekolah A. Sementara aku dan ayahnya, jadi ikut-ikutan bingung, setelah mendengar info dari sana-sini tentang biaya-biaya tak terduga setiap bulannya. Sebenarnya wajar, sih, karena memang ini sekolah swasta, unggulan lagi! Bisa saja dipaksakan, tetapi apakah nantinya kami bisa juga memaksakan diri untuk adiknya, dua tahun yang akan datang? Kami bimbang, tegang, rusuh. Ah ... kenapa masalah memilih sekolah saja bisa bikin stress begini, sih?