9.25.2012

Buku KKPK: KARATEKA CILIK


OSH!

Alhamdulillah. Buku Thifal yang berikutnya akhirnya terbit juga. Seri Kecil-Kecil Punya Karya yang diterbitkan oleh Penerbit DAR! Mizan. Buku ini bisa didapatkan di toko buku Gramedia, Togamas, Gunung Agung, atau bisa juga dibeli online di sini.

Sinopsis:

9.23.2012

SUSUH

















Ini cerita tentang masa kecil. Di mana pada waktu itu, aku masih duduk di bangku sekolah dasar, antara kelas 2 sampai 4 atau 5, gitu, deh.

Sepulang sekolah, bersama dengan beberapa teman yang lain, aku suka sekali mencari susuh atau sarang burung di pepohonan yang ada di sekitar rumah kami. Kebanyakan, sih, pohon melinjo. Karena di kampung kami, banyak rumah yang halamannya ditanami pohon melinjo. Selain buahnya yang bisa dibikin emping, kulit buah dan daunnya yang muda pun bisa dikonsumsi. Daun mudanya bisa untuk campuran sayur lodeh, bothok, sayur asem, dan beberapa macam masakan sayur lainnya. Kulit buahnya? Bisa juga untuk campuran berbagai macam sayur di atas, sebagai campuran kering tempe, dimasak oseng-oseng, maupun digoreng begitu saja sampai kering.

9.16.2012

KYAI RAJAMALA


Pertama kali melihatnya ketika saya masih duduk di kelas 2 SMA. Waktu itu saya berkunjung ke Museum Radya Pustaka, Solo, ditemani seorang keponakan saya.

Suasana museum yang sepi dan dingin semakin terasa mencekam ketika bau-bau wewangian seolah menguar melewati pintu-pintu dan jendela-jendela yang tinggi, memasuki ruang demi ruang di dalam bangunan museum yang sudah tua. Bulu kuduk saya berdiri demi mengendus bau bunga-bunga itu.

Dengan langkah ragu-ragu dan sedikit takut, saya berjalan ke arah belakang museum. Dan tahulah saya dari mana sumber bau wewangian tadi. Sebuah kembang setaman berada di samping sebuah patung kayu berwujud kepala raksasa. Itulah Canthik Kyai Rajamala.

Canthik Kyai Rajamala adalah kepala perahu milik Pakubuwono IV, yang pada jamannya digunakan untuk menjemput permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari Madura. Konon katanya, perahu itu juga digunakan untuk membagi-bagikan makanan kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Bengawan Solo.

Sebenarnya kepala perahu ini ada dua, tetapi yang satunya lagi  disimpan di Keraton Surakarta. Pada hari-hari tertentu patung ini harus diberi sesajen, berupa kembang setaman, yaitu beberapa jenis bunga yang ditaruh di sebuah wadah dari kuningan dan diberi air. Menurut penjaga museum yang saya temui pada saat saya masih SMA dulu, patung itu akan mengeluarkan bau amis, apabila lupa diberi sesajen.

Dan beberapa waktu yang lalu, ketika ada kesempatan berkunjung ke museum itu bersama suami dan kedua putri saya, gantian putri saya yang mengkeret. Thifal tak pernah lepas dari pegangannya pada punggung ayahnya, sambil ngintip-ngintip kepengin melihat juga. Hihihi.