4.16.2012

SUSAHNYA MENCARI SEKOLAH

Plong sudah. Dua hari yang lalu aku cuti untuk daftar ulang putri pertamaku di sebuah sekolah menengah pertama, sekaligus pertemuan wali calon murid dan komite sekolah. Berarti putriku sudah mendapatkan sekolah, seperti yang diinginkannya.

Beberapa saat yang lalu, kami sempat bingung dan agak tegang memikirkan masalah sekolah ini. Ada 3 alternatif sekolah yang menjadi pilihan kami. Awalnya putriku sudah mantap dengan pilihannya, yaitu di sekolah B. Tetapi ayahnya menginginkan dia bersekolah di sekolah A, dengan banyak pertimbangan ini dan itu. Kebetulan sekolah A ini test masuknya lebih awal. Oleh ayahnya, putriku pun didaftarkan di sekolah A. Begitu tiba hari test, putriku tidak mau berangkat. Ketika dipaksa malah menangis. Duuuh ... gimana, nih? Singkat cerita, akhirnya dia mau berangkat juga, setelah dibujuk-bujuk begitu lama, dengan menahan-nahan perasaan yang siap meledak pula!

Begitu dinyatakan diterima di sekolah A, putriku malah jadi bingung dan bimbang. Di satu sisi dia ingin dengan pilihan awalnya, di sisi yang lain dia mulai jatuh hati pula dengan sekolah A. Sementara aku dan ayahnya, jadi ikut-ikutan bingung, setelah mendengar info dari sana-sini tentang biaya-biaya tak terduga setiap bulannya. Sebenarnya wajar, sih, karena memang ini sekolah swasta, unggulan lagi! Bisa saja dipaksakan, tetapi apakah nantinya kami bisa juga memaksakan diri untuk adiknya, dua tahun yang akan datang? Kami bimbang, tegang, rusuh. Ah ... kenapa masalah memilih sekolah saja bisa bikin stress begini, sih?

Pada saat itu, datang lagi satu alternatif pilihan, yaitu sekolah C. Cukup bagus juga. Punya kelebihan di sisi yang lain juga. Huuuft ... semakin bingung nih, putriku. Ketika kami tanya, mana diantara 3 sekolah ini yang disukainya, dia tidak bisa menjawab. Dia bilang prosentasenya sama, masing-masing 33%. Waduh, tambah bingung juga ,nih, orang tuanya.

Akhirnya, daripada semakin berpanjang-panjang dan tidak segera ada keputusan, pada hari terakhir daftar ulang di sekolah A, kami orang tuanya harus memutuskan untuk mengundurkan diri. Pilihan yang paling riil dan rasional adalah di sekolah B, sekolah yang dengan mantap dipilih putriku pada awalnya. Tetapi masalahnya kemudian, bisakah putriku diterima, sementara kuotanya hanya 72 siswa, sementara pendaftarnya 250 lebih anak? Meskipun prestasinya selama ini bagus, ada saja kan kemungkinan itu? Apalagi belakangan, hasil-hasil try outnya di beberapa kesempatan selalu kalah dengan teman-temannya, yang selama ini justru hampir selalu di bawahnya.

Sekarang, beban itu sirna sudah, ketika putriku dinyatakan diterima di sekolah B. Lega, plong! Seperti ketika hidung tersumbat diberi inhaler. Napas jadi legaaa ... karena bisa menghirup udara segar sebanyak-banyaknya, kemudian melepaskannya lagi sampai tuntas. Semoga ini adalah pilihan terbaik yang dipilihkan Allah untuk putriku, seperti doa-doa kami selama ini.   

2 komentar:

  1. Selamat ya mbak Thifal disekolah yang baru... Selamat pula buat mamanya..ikutan seneng!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mudah-mudahan ini yang terbaik buat Thifal. Mohon do'anya.

      Hapus