Sewaktu kecil dulu, saya suka sekali
ikut wiwit. Wiwit adalah tradisi selamatan menjelang panen padi. Apabila padi
telah menguning dan siap untuk dipanen, biasanya si empunya sawah mengadakan
ritual ini, yang dipersembahkan khusus untuk Dewi Sri, atau Dewi Padi.
Tradisi wiwit itu sendiri berupa
arak-arakan yang dipimpin oleh seorang perempuan dewasa, berjalan di galengan (pematang) sawah, dan diikuti
oleh anak-anak di belakangnya. Rombongan ini membawa sesaji berupa kembang
setaman, nasi putih lengkap dengan trancam, ingkung ayam kampung yang
dipanggang, telur rebus, ikan asin, tempe, rempeyek kedelai hitam, dan
buah-buahan.
Sampai di tengah sawah, perempuan
dewasa yang nota bene adalah si empunya sawah, memulai ritual ini dengan
membakar (mungkin kemenyan), saya tidak begitu memperhatikan, lantas merapalkan
mantera dan do’a-do’a, dilanjutkan dengan memotong beberapa batang padi yang
telah menguning (yang kemudian dibawa pulang dan diletakkan di atas pintu masuk
rumah). Selanjutnya nasi dan perlengkapannya dibungkus dengan daun pisang,
kemudian diletakkan di pojok-pojok sawah.
Dan ... saat yang saya tunggu-tunggu
pun akhirnya tiba. Pemilik sawah akan membagikan nasi dan perlengkapannya tadi
ke semua anak-anak yang ikut dalam rombongan. Saya ingat sekali, yang paling
saya suka adalah ayam panggang dan sambal yang terbuat dari parutan kelapa
dicampur dengan kedelai goreng dan rempela
ati yang dipotong kecil-kecil. Hmmm
... nikmat sekali. Apalagi dinikmatinya di galengan
sawah, ditemani suara gemericik air di sungai kecil yang berfungsi sebagai
irigasi, dan sesekali angin yang berisik menerpa-nerpa wajah hingga mengibarkan
anak-anak rambut. Meskipun sinar matahari begitu garang membakar kulit hingga
merah hitam, hal itu tak menyurutkan keceriaan anak-anak desa yang ikut
menikmati hidangan khas wiwit.
Tapi sepertinya sudah lamaaa sekali
saya tidak menjumpai tradisi ini. Sedikit demi sedikit tradisi ini seperti
sudah dilupakan orang. Para petani tidak lagi mengadakan ritual menjelang panen
padi ini. Entahlah, saya tidak tahu kenapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar