2.20.2012

WIWIT


Sewaktu kecil dulu, saya suka sekali ikut wiwit. Wiwit adalah tradisi selamatan menjelang panen padi. Apabila padi telah menguning dan siap untuk dipanen, biasanya si empunya sawah mengadakan ritual ini, yang dipersembahkan khusus untuk Dewi Sri, atau Dewi Padi.
Tradisi wiwit itu sendiri berupa arak-arakan yang dipimpin oleh seorang perempuan dewasa, berjalan di galengan (pematang) sawah, dan diikuti oleh anak-anak di belakangnya. Rombongan ini membawa sesaji berupa kembang setaman, nasi putih lengkap dengan trancam, ingkung ayam kampung yang dipanggang, telur rebus, ikan asin, tempe, rempeyek kedelai hitam, dan buah-buahan.
Sampai di tengah sawah, perempuan dewasa yang nota bene adalah si empunya sawah, memulai ritual ini dengan membakar (mungkin kemenyan), saya tidak begitu memperhatikan, lantas merapalkan mantera dan do’a-do’a, dilanjutkan dengan memotong beberapa batang padi yang telah menguning (yang kemudian dibawa pulang dan diletakkan di atas pintu masuk rumah). Selanjutnya nasi dan perlengkapannya dibungkus dengan daun pisang, kemudian diletakkan di pojok-pojok sawah.
Dan ... saat yang saya tunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Pemilik sawah akan membagikan nasi dan perlengkapannya tadi ke semua anak-anak yang ikut dalam rombongan. Saya ingat sekali, yang paling saya suka adalah ayam panggang dan sambal yang terbuat dari parutan kelapa dicampur dengan kedelai goreng dan rempela ati yang dipotong kecil-kecil. Hmmm ... nikmat sekali. Apalagi dinikmatinya di galengan sawah, ditemani suara gemericik air di sungai kecil yang berfungsi sebagai irigasi, dan sesekali angin yang berisik menerpa-nerpa wajah hingga mengibarkan anak-anak rambut. Meskipun sinar matahari begitu garang membakar kulit hingga merah hitam, hal itu tak menyurutkan keceriaan anak-anak desa yang ikut menikmati hidangan khas wiwit.
Tapi sepertinya sudah lamaaa sekali saya tidak menjumpai tradisi ini. Sedikit demi sedikit tradisi ini seperti sudah dilupakan orang. Para petani tidak lagi mengadakan ritual menjelang panen padi ini. Entahlah, saya tidak tahu kenapa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar