12.28.2015

MY NAME IS KAY



Kay turun dari boncengan Ayah dengan wajah cemberut. Ia langsung nyelonong masuk ke kamar dan membanting tubuhnya di kasurnya yang empuk. Di belakangnya, Ibu mengikutinya penuh tanda tanya.

“Ada apa, Kay?” tanya ibu lembut.

Kay tidak menjawab. Ia masih kesal dengan kejadian di sekolah tadi. Masa setiap guru di sekolahnya memanggilnya ‘Diandra Kecil’? Padahal ia kan punya nama sendiri. Kayana. Nama yang cukup indah juga, kan?

Para guru di sekolahnya memanggilnya ‘Diandra Kecil’, bahkan sejak ia masih duduk di bangku Taman Kanak Kanak. Ketika itu ia sering ikut Ayah menjemput Kak Diandra, kakaknya. Nah, sekarang, ketika Kay bersekolah di sekolah yang sama dengan Kak Diandra, para guru masih saja memanggilnya ‘Diandra Kecil’.
Memang, sih, Kak Diandra itu anaknya pintar. Ia selalu ranking 1 di kelasnya, bahkan selalu masuk ranking 5 besar kelas paralel. Beberapa kali Kak Diandra mewakili sekolah untuk mengikuti lomba matematika, dan beberapa kali pula berhasil menjadi juara.

Kak Diandra juga sangat aktif di banyak kegiatan ekstrakurikuler. Ia terpilih menjadi ilustrator majalah dinding sekolah karena keahliannya dalam menggambar. Prestasinya dalam menggambar dan mewarnai juga tak terhitung banyaknya. Sampai-sampai rak di ruang tamu tidak bisa lagi menampung trophy-trophy Kak Diandra. Akibatnya, rak milik Kay pun harus ikut menampung trophy milik kakaknya itu. Kay sendiri sebenarnya juga punya trophy dari lomba menggambar dan mewarnai, tetapi tidak sebanyak Kak Diandra.

“Kenapa, sih, pulang-pulang cemberut aja?” suara lembut Ibu menyadarkan lamunan Kay.

“Enggak ada apa-apa,” jawab Kay berbohong.

Ibu tersenyum.

“Enggak ada apa-apa, kok, cemberut begitu,” kata Ibu lagi.

Kay memandang ibunya masih dengan wajah cemberut.

“Bener, nih, enggak mau cerita sama Ibu?” tanya Ibu.

“Emhhh ... Kay lagi keseeel banget!” seru Kay akhirnya. “Masa guru-guru di sekolah manggil Kay, ‘Diandra Kecil’? Mereka enggak tahu apa, aku ini punya nama sendiri? Mentang-mentang Kak Diandra punya prestasi banyak, terus mereka seenaknya saja manggil aku. My name is Kay, not Diandra Kecil!

“Oooh ... itu, toh?” Ibu manggut-manggut. “Kamu juga bisa, kok, berprestasi seperti Kakak. Buktinya kamu ranking 3 di kelas, itu bagus juga, kan? Kamu juga beberapa kali mewakili sekolah ikut lomba mewarnai dan berhasil menjadi juara.”

Tapi tetap saja aku ‘Diandra Kecil’, rutuk Kay dalam hati.

Kay berpikir keras, bagaimana caranya supaya para guru di sekolahnya tidak lagi memanggilnya ‘Diandra Kecil’. Ia tidak mau selalu menjadi bayang-bayang kakaknya itu. Kayana adalah Kayana, bukan ‘Diandra Kecil’! Ia juga bisa berprestasi seperti Kak Diandra. Bahkan, ia juga punya bakat yang lain, yang tidak ada pada Kak Diandra. Ya, Kay adalah seorang karateka!

Selama ini Kay sangat rajin berlatih karate. Apalagi kalau menjelang pertandingan, latihan bisa dilakukan setiap hari. Sampai-sampai Kay merasa sangaaat bosan. Tetapi demi Kejurnas Karate yang akan diikutinya, mau tidak mau Kay harus tetap rajin dan disiplin berlatih.

Ketika tiba saatnya Kejurnas Karate itu, Kay menyambutnya dengan suka cita dan penuh semangat. Ia mendaftar untuk kategori Kata Perorangan Putri Kelompok Usia Dini, dan Kata Beregu Putri bersama dua orang temannya.

“Aku harus bisa!” seru Kay dalam hati, ketika tiba gilirannya memeragakan jurus-jurus karatenya.

Kay pun maju dengan langkah penuh percaya diri. Ia memeragakan jurus-jurus karatenya dengan konsentrasi penuh dan powerfull. Akhirnya, setelah beberapa kali main dan memenangkan pertandingan, Kay berhasil keluar sebagai juara pertama kategori Kata Perorangan Putri Kelompok Usia Dini. Sedangkan pada kategori Kata Beregu Putri, ia bersama kedua temannya berhasil mendapatkan juara ke dua.

“Yes!” seru Kay merayakan kemenangannya.

Aku akan buktikan kepada dunia, bahwa aku adalah aku! Kayana Sybilla. Bukan orang lain, juga bukan Diandra Kecil. Aku punya prestasi sendiri di bidang yang aku suka. Dan itu berbeda.

Pada hari Senin, saat upacara bendera, Kay dan teman-temannya yang baru saja berhasil menjadi juara pada Kejurnas Karate, dipanggil ke depan oleh Kepala Sekolah. Mereka semua mendapatkan penghargaan, karena telah mengharumkan nama sekolah.

Saat mereka diberi kesempatan untuk berbicara, Kay mempergunakannya dengan sebaik-baiknya. Ini adalah kesempatan yang baik untuk menyampaikan uneg-unegnya selama ini.

“My name is Kay, not Diandra Kecil!” Kay menutup kata-katanya dengan mantap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar